A.
Beberapa definisi tentang filsafat
Antara Lain:
1. Filsafat praktis dibagi menjadi
etika, ekonomi domestik dan kewarganegaraan. Filosof yang mumpuni menguasai
seluruh sains tersebut. Menurut pandangan filosof, filsafat universal, teologi,
metafisika, filsafat tinggi mempunyai kedudukan khusus dibanding sains yang
lain, karena
a) filsafat ini mempunyai demontrasi
dan kepastian,
b) ketidakbergantungannya dengan sains
yang lain, dan
c) filsafat lebih umum dan universal
dibanding dengan sains yang lain.
2. Para filosof di masa lalu
mendifinisikan filsafat sebagai aktifitas filsafat sejati, filsafat pertama,
sehingga mendifinisikan filsafat secara khas. Maka difinisi filsafat yakni
meliputi sains tentang keadaan-keadaan wujud, dipandang dari segi bahwa ia
adalah wujud, bukan dari segi bahwa ia memiliki individualisasi khusus seperti
badan, kuantitas, kualitas, manusia, tanaman, dll.
3. Pengetahuan tentang segala sesuatu
terdiri dari dua macam, yaitu :
a)
Dapat
dibatasi pada spesies atau genus tertentu, dapat berlaku pada ketentuan dan
aksiden dari spesies dan aksiden tertentu, sebagaimana pengetahuan kita
mengenai ketentuan bilangan (aritmatika), kuantitas (geometri), sifat tanaman,
hewan, ilmu kedokteran. Bentuk ini meliputi seluruh sains mineralogi, fisika,
kimia, geologi , ilmu atom dll.
b) pengetahuan yang tidak dapat dibatasi pada
spesies tertentu. Pengetahuan tentang wujud ini bukan pada bagian-bagian dari
dari spesies tertentu, tetapi pengetahuan yang hakiki tentang seluruh wujud.
Misalnya pertanyaan tentang tubuh bukan pada kaki dan kepala akan tetapi
misalnya; Jika tubuh mempunyai kepala, apakah kepala ini mempunyai jiwa yang
dapat berpikir dan merasa, ataukah ia lemah dan kosong. Apakah keseluruhan tubuh
merasakan kenikmatan kehidupan, atau apakah intelegensi dan persepsi tubuh ini
dibatasi pada sejumlah entitas yang timbul secara kebetulan? Atau, apakah
seluruh tubuh mengejar suatu tujuan, ataukah seluruh tubuh berjalan ke arah
suatu kesempurnaan realitas?.
4. Bagian studi yang menyangkut
organologi alam makhluk adalah sains, sedangkan bagian yang membahas fisiologi
alam semesta secara keseluruhan adalah filsafat. Perubahan linguistik yang
menyangkut konvensi penggunaan kata telah disalah artikan sebagai perubahan
makna yang berkaitan dengan keadaan yang sebenarnya.
5. Perubahan makna dalam hal ini tidak
ada kaitannya dengan perpisahan antara sains dan filsafat. Sains tidak pernah
merupakan bagian dari kata filsafat; sehingga tidak mungkin sains bisa terpisah
dari filsafat. Memberikan rumusan yang pasti tentang apa yang termuat dalam
kata "filsafat" adalah suatu pekerjaan yang terlalu berani dan
sombong! Memang, para peminat filsafat, kita sulit mendefinisikan kata yang
satu ini. Bahkan para filsuf (ahli filsafat) pun mengakuinya. Apa yang membuat
demikian adalah karena terdapatnya beragam paham, metode dan tujuan, yang
dianut, ditempuh dan dituju oleh masing-masing filsuf. Namun, sebuah pengertian
awal mesti diberikan; maksudnya sebagai kompas agar kita tidak tersesat arah di
dalam perjalanan memahami filsafat.
6. Dalam bahasa zaman kuno, kata-kata
filsafat dan hikmah digunakan dalam pengetahuan rasional, bukan pengetahuan
yang bersumber dari wahyu. Jadi kata-kata tersebut melingkupi semua ide-ide
intelektual dan rasional manusia. Pada zaman modern, kata ini menjadi terbatas
pada metafisika, logika, estetika dan yang sejenis. Hal hal berbeda dengan
zaman sebelumnya dimana filsafat meliputi semua ilmu. Sains dulunya pernah
terpadu dibawah nama filsafat tetapi kini nama tersebut hanya dinisbahkan pada
sejenis sains.
7. Mengingat maksud ini, maka
pengertian filsafat harus bersifat dapat dipahami oleh banyak orang, sehingga
dapat dijadikan tempat berpijak bersama. Kata "filsafat" ini dari
akar katanya, dari mana kata ini datang. Kata "filsafat" berasal dari
bahasa Yunani, philosophia: philein artinya cinta, mencintai, philos pecinta,
sophia kebijaksanaan atau hikmat. Jadi filsafat artinya "cinta akan
kebijaksanaan". Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang
sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh akan
kebenaran sejati. Demikian arti filsafat pada mulanya.
8. Dari arti di atas, kemudian dapat
dimengerti arti filsafat secara umum. Filsafat adalah suatu ilmu, meskipun
bukan ilmu vak biasa, yang berusaha menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk
memperoleh kebenaran. Hal yang membawa usahanya itu kepada suatu kesimpulan
universal dari kenyataan partikular atau khusus, dari hal yang tersederhana
sampai yang terkompleks. Filsafat, "Ilmu tentang hakikat". Di sinilah
kita memahami perbedaan mendasar antara "filsafat" dan "ilmu
(spesial)" atau "sains". Ilmu membatasi wilayahnya sejauh alam
yang dapat dialami, dapat diindera, atau alam empiris. Ilmu menghadapi soalnya
dengan pertanyaan "bagaimana" dan "apa sebabnya". Filsafat
meninjau dengan pertanyaan "apa itu", "dari mana" dan
"ke mana". Di sini orang tidak mencari pengetahuan sebab dan akibat
dari suatu masalah, seperti yang diselidiki ilmu, melainkan orang mencari tahu
tentang apa yang sebenarnya pada barang atau masalah itu, darimana terjadinya
dan ke mana tujuannya. Maka, jika para filsuf ditanyai, "Mengapa A percaya
akan Allah", mereka tidak akan menjawab, "Karena A telah dikondisikan
oleh pendidikan di sekolahnya untuk percaya kepada Allah," atau
"Karena A kebetulan sedang gelisah, dan ide tentang suatu figur bapak
membuatnya tenteram." Dalam hal ini, para filsuf tidak berurusan dengan
sebab-sebab, melainkan dengan dasar-dasar yang mendukung atau menyangkal
pendapat tentang keberadaan Allah.
9. Tugas filsafat menurut Sokrates
(470-399 S.M.) bukan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam
kehidupan, melainkan mempersoalkan jawaban yang diberikan. Sampai dengan kedua
pengertian di atas, marilah disimak apa kata Kattsoff (1963) di dalam bukunya
Elements of Philosophy untuk melengkapi pengertian kita tentang
"filsafat":
ü Filsafat adalah berpikir secara
kritis
ü Filsafat adalah berpikir dalam
bentuk sistematis.
ü Filsafat harus menghasilkan sesuatu
yang runtut.
ü Filsafat adalah berpikir secara
rasional.
ü Filsafat harus bersifat
komprehensif.
10. Menurut Windelband, filsafat
sifatnya merentang pikiran sampai sejauh-jauhnya tentang suatu keadaan atau hal
yang nyata. Kata Magnis, filsafat sebagai usaha tertib, metodis, yang
dipertanggungjawabkan secara intelektual untuk melakukan apa yang sebetulnya
diharapkan dari setiap orang yang tidak hanya mau membeo saja, yang tidak hanya
mau menelan mentah-mentah apa yang sudah dikunyah sebelumnya oleh pihak lain,
yaitu untuk mengerti, memahami, mengartikan, menilai, mengkritik data-data dan
fakta-fakta yang dihasilkan dalam pengalaman sehari-hari dan melalui ilmu-ilmu.
B.
Latarbelakang Munculnya Filsafat Dan Tokoh-Tokoh Filsafat Yang Berpengaruh Di
Awal-Awal Pertumbuhan Dan Perkembangan Filsafat
a.
Latarbelakang
Munculnya Filsafat
Filsafat,
terutama filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kirakira abad ke-7 SM.
Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan
keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan
diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Banyak
yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang
beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya
sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta
pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.
Orang
Yunani pertama yang bisa diberi gelar filosof ialah Thales dari Mileta,
sekarang di pesisir barat Turki. Tetapi filosof-filosof Yunani yang terbesar
tentu saja ialah: Socrates, Plato, dan Aristoteles. Socrates adalah guru Plato
sedangkan Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa
sejarah filsafat tidak lain hanyalah “komentar-komentar karya Plato belaka”.
Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat.
Filsafat
dibagi menjadi 4 babakan yakni Filsafat klasik, filsafat abad pertengahan
filsafat modern dan filsafat kontemporer. Filsafat klasik di dominasi oleh
rasionalisme, filsafat abad pertengahan didominasi dengan doktrin-doktrin agama
Kristen selanjutnya filsafat modern didominasi oleh rasionalisme sedangkan
filsafat kontemporer didominasi oleh kritik terhadap filsafat modern.
Akibat
dari berkembangnya kesusasteraan Yunani dan masuknya ilmu pengetahuan serta
semakin hilangnya kepercayaan akan kebenaran yang diberikan oleh pemikiran
keagamaan, peran mitologi yang sebelumnya mengikat segala aspek pemikiran
kemudian secara perlahan-lahan digantikan oleh logos (rasio/ ilmu).
Pada saat
inilah, para filsofof kemudian mencoba memandang dunia dengan cara yang lain
yang belum pernah dipraktekkan sebelumnya, yaitu berpikir secara ilmiah. Dalam
mencari keterangan tentang alam semesta, mereka melepaskan diri dari hal-hal
mistis yang secara turun-temurun diwariskan oleh tradisi. Dan selanjutnya
mereka mulai berpikir sendiri. Di balik aneka kejadian yang diamati secara
umum, mereka mulai mencari suatu keterangan yang memungkinkan mereka mampu
mengerti kejadian-kejadian itu. Dalam artian inilah, mulai ada kesadaran untuk
mendekati problem dan kejadian alam semesta secara logis dan rasional.
Sebab
hanya dengan cara semacam ini, terbukalah kemungkinan bagi
pertanyaan-pertanyaan lain dan penilaian serta kritik dalam memahami alam
semesta. Semangat inilah yang memunculkan filosof-filosof pada jaman Yunani.
Filsafat dan ilmu menjadi satu.
b.
Dan
Tokoh-Tokoh Filsafat Yang Berpengaruh Di Awal-Awal Pertumbuhan Dan Perkembangan
Filsafat
Sejarah Perkembangan
Awal Filsafat Dunia
Meski
istilah philosophia (Φιλοσοφία) pertama kali dimunculkan oleh Pythagoras, namun
orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales (640-546 S.M.)
dari Mileta (sekarang di pesisir barat Turki). Ia merupakan seorang Filsuf yang
mendirikan aliran filsafat alam semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani.
Menurut aliran filsafat kosmos, filsafat adalah suatu penelaahan terhadap alam
semesta untuk mengetahui asal mulanya, unsur-unsurnya dan kaidah-kaidahnya (The
Liang Gie, 1999).
Dalam buku
History and Philosophy of Science karangan L.W.H. Hull (1950), menulis
setidaknya sejarah filsafat dan ilmu dapat dibagi dalam beberapa periode,
termasuk di dalamnya tokoh-tokoh yang terkenal pada periode itu.
1.
Periode pertama, filsafat Yunani
abad 6 SM
Tokoh-tokoh ahli filsafat yang si
angggap sebagai bapak Filsafat :
ü Thales. berpendapat bahwa sumber kehidupan
adalah air. Makhluk yang pertama kali hidup adalah ikan dan menusia yang
pertama kali terlahir dari perut ikan.
ü Anaximandros. mengatakan bahwa bumi persis berada
di pusat jagat raya dengan jarak yang sama terhadap semua badan yang lain
ü Anaximenes. sebagai pemikir pertama yang
mengemukakan persamaan antara tubuh manusia dan jagat raya.
Setelah
mereka bertiga, Yunani kemudian memiliki pemikir-pemikir terkenal yang lebih
berpengaruh lagi terhadap perkembangan fisafat, seperti Socrates, Plato,
Aristoteles, Phythagoras, Hypocrates, dan lain sebagainya.
2.
Periode Kedua, Periode setelah
kelahiran Al Masih (Abad 0-6 M)
Pada masa
ini pertentangan antara gereja yang diwakili oleh para pastur dan para raja
yang pro kepada gereja, dengan para ulama filsafat. Sehingga pada masa ini
filsafat mengalami kemunduran. Para raja membatasi kebebasan berfikir sehingga
filsafat seolah-olah telah mati suri. Ilmu menjadi beku, kebenaran hanya
menjadi otoritas gereja, gereja dan para raja yang berhak mengatakan dan
menjadi sumber kebenaran.
3.
Periode Ketiga, Periode kejayaan
Islam (Abad 6-13 M)
Pada masa
ini dunia Kristen Eropa mengalami abad kegelapan, ada juga yang menyatakan periode
ini sebagai periode pertengahan. Masa keemasan atau kebangkitan Islam ditandai
dengan banyaknya ilmuan-ilmuan Islam yang ahli dibidang masing-masing, berbagai
buku inilah diterbitkan dan ditulis. Di antara tokoh-tokoh tersebut adalah
Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hanbali yang ahli dalam hokum Islam, Al-farabi ahli
astronomi dan matematika, Ibnu Sina ahli kedokteran dengan buku terkenalnya
yaitu The Canon of Medicine. Al-kindi ahli filsafat, Al-ghazali intelek yang
meramu berbagai ilmu sehingga menjadi kesatuan dan kesinambungan dan
mensintesis antara agama, filsafat, mistik dan sufisme . Ibnu Khaldun ahali
sosiologi, filsafat sejarah, politik, ekonomi, social dan kenegaraan. Anzahel
ahli dan penemu teori peredaran planet. Tetapi setelah perang salib terjadi
umat Islam mengalami kemundurran, umat Islam dalam keadaan porak-poranda oleh
berbagai peperangan.
4.
Periode Keempat, Periode
kebangkitan Eropa (Abad 12-17)
Bersamaannya
dengan mundurnya kebudayaan Islam, Eropah mengalami kebangkitan. Pada masa ini,
buku-buku filsafat dan ilmu pengetahuan karangan dan terjemahan filosof Islam
seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Rushd diterjemahkan ke dalam
Bahasa Latin. Pada zaman itu Bahasa Latin menjadi bahasa kebudayaan
bangsa-bangsa Eropah. Penterjemahan karya-karya kaum muslimin antara lain
dilakukan di Toledo, ketika Raymund menjadi uskup Besar Kristen di Toledo pada
Tahun 1130 – 1150 M. Hasil terjemahan dari Toledo ini menyebar sampai ke
Italia. Dante menulis Divina Comedia setelah terinspirasi oleh hikayat Isra dan
Mikraj Nabi Muhammad SAW. Universitas Paris menggunakan buku teks Organon karya
Aristoteles yang disalin dari Bahasa Arab ke dalam Bahasa Latin oleh John
Salisbury pada tahun 1182.
C.
Filsafat Dalam ontologi, epistomologi, logoka, estetika
dan etika
1.
Ontologi
Ontologi berasal dari bahasa Yunani yang
artinya ilmu tentang yang ada. Sedangkan, menurut istilah adalah ilmu
yang membahas sesuatu yang telah ada, baik secara jasmani maupun secara rohani.
Dalam aspek Ontologi diperlukan landasan-landasan dari sebuah
pernyataan-pernyataan dalam sebuah ilmu. Landasan-landasan itu biasanya
kita sebut dengan Metafisika.
2.
Estimologi
estimologi merupakan aspek yang membahas
tentang pengetahuan filsafat. Aspek ini membahas bagaimana cara kita mencari
pengetahuan dan seperti apa pengetahuan tersebut.
3.
Logika
Logika merupakan cabang filsafat yang
berpangkal pada penalaran, dan sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan
sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu,maka
logika merupakan “jembatan penghubung” antara filsafat dan ilmu.
Logika adalah ilmu pengetahuan mengenai
penyimpulan yang lurus. Ilmu pengetauan ini menguraikan tentang aturan – aturan
serta cara – cara untuk mencapai kesimpulan dalam pergaulan hidup bermasyarakat,
bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional diperlukan suatu sistem
yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan
tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun,
tata krama, protokoler dan lain-lain.
4.
Estetika
Estetika adalah salah satu cabang
filsafat. Hakikat keindahan dinamakan estetika. Secara sederhana, estetika
adalah ilmu yang membahas keindahan, meskipun demikian, estetika mempersoalkan
pula teori – teori mengenai seni, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana
seseorang bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut estetika adalah sebuah
filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai
penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat
dekat dengan filosofi seni. sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan
manusianya.
5.
Etika
Etika marupakan cabang aksiologi yang
pada intinya membicarakan predikat – predikat nilai benar dan salah. Sebagai
pokok bahasan yang khusus, etika membicarakan sifat – sifat yang menyebabkan
orang dapat disebut susila atau bajik.
D.
Dalil-dalilDalam al-qu’an sebagi dasar/pembenaran bahwa
islam merupakan mendorong manusia untuk mengembangkan pemikiran filosofi
Ayat-ayat dalam
al-qur’an tentang berfikir:
1.
Orang-orang
kafir adalah orang-orang yang tidak mau menggunakan akal mereka. Firman Allah
dalam Al-qur’an yang artinya:
“Dan
apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sembahyang, mereka
menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka
benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal.” (QS. Al-Maa’idah, surat 5, ayat 58)
2. Kita diperintahkan untuk menggunakan
akal kita dalam merenungi kondisi orang yang sudah tua. Firman
Allah dalam Al-qur’an yang artinya:
“Dan barangsiapa yang Kami panjangkan
umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian(nya). Maka apakah mereka
tidak memikirkan?“ (QS. Yaasiin, surat 36, ayat 68)
3.
Nabi
Musa meminta Fir’aun untuk menggunakan akalnya. Firman Allah dalam Al-qur’an
yang artinya:
“Musa
berkata: “Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara
keduanya: (Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal.” (QS.
Asy-Syu’araa’, surat 26, ayat 28)
4.
Allah
memerintahkan kita untuk menggunakan akal kita dalam merenungi tanda-tanda
kebesaran Allah. Firman Allah dalam Al-qur’an yang artinya:
“Dan
di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur,
tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang,
disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu
atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Ra’d, surat 13, ayat 4)
5. Allah memerintahkan kita untuk
menggunakan akal kita dalam memahami Al-Qur’an. Firman Allah dalam Al-qur’an
yang artinya:
“Sesungguhnya
Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu
memahaminya.” (QS. Yusuf, surat 12, ayat 2)”
“Sesungguhnya
Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu
memahami(nya).” (QS. Az-Zukhruf, surat 43, ayat 3)”
6. Orang yang tidak mau menggunakan akal
mereka untuk memahami peringatan yang ada, maka mereka akan masuk ke dalam
neraka. Firman Allah dalam Al-qur’an yang artinya:
“Dan
mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu)
niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS.
Al-Mulk, surat 67, ayat 10)”
E.
Manfaat
Mempelajari filsafat sesuai pendidikan
Filsafat menolong mendidik, membangun
diri kita sendiri dengan berfikir lebih mendalam, kita mengalami dan menyadari
kerohanian kita. Rahasia hidup yang kita selidiki justru memaksa kita berfikir,
untuk hidup yang sesadar-sadarnya, dan memberikan isi kepada hidup kita sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar