PEMIMPIN
DAN YANG DI PIMPIN
- PEMIMPIN MENURUT ISLAM
Setiap
manusia yang terlahir dibumi dari yang pertama hingga yang terakhir
adalah seorang pemimpin, setidaknya ia adalah seorang pemimpin bagi
dirinya sendiri. Bagus tidaknya seorang pemimpin pasti berimbas
kepada apa yang dipimpin olehnya. Karena itu menjadi pemimpin adalah
amanah yang harus dilaksanakan dan dijalankan dengan baik oleh
pemimpin tersebut,karena kelak Allah akan meminta pertanggung jawaban
atas kepemimpinannya itu.
- CARA MEMILIH PEMIMPIN
Dalam
fiqih sudah di jelaskan bagaimana cara memilih pemimpin di antaranya
:
- A'lamuhumorang yang paling alim di antara kalian itu yang di angkat jadi imam ,kerana orang tersebut adalah orang yang paling menguasai persoalan sehinga bisa membawa umat keluar dari kesulitan, pemimpin yang bisa menguasai masalah bukan yang buat masalah
- jika ada dua atau lebih A'lamuhum maka yang di pilih Absohuhum, yang lebih faseh lidahnya, yang paling pandai menyuarakan aspirasi rakyatnya
- jika Absohuhum lebih dari satu maka yang di pilih aksaruhum shinan (yang lebih tua umurnya)
- Jika aksaruhum shinan lebih dari satu maka yang di pilih awaluhum hijratan (yang lebih dulu tinggal di situ)
- AHKLAK KITA DALAM KEPIMIMPINAN
- Keteladanan yang baik
Dalam
Al-qur’an Surat Al-Furqaan:[25] ayat 74 allah berfirman :
إِمَامًا
لِلْمُتَّقِينَ وَاجْعَلْنَا
“ Dan
jadikanlah kami imam bagi orang yang bertakwa”
Dalam
menafsirkan ayat ini mujahid menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
kepemimpin (imamah) adalah di sini adalah:
“Para
pemimpin dalam ketakwaan, sampai kita dapat meneladani pemimpin
sebelum kita dan orang-orang setelah kita dapat meneladani kita”
Artinya
orang-orang yang memiliki keteladanan yang baik mengikuti jejak para
pendahulunya dan menjadi teladan bagi orang-orang sesudahnya. Dia
memimpin manusia dalam berbuat baik dan manusiapun mengikutinya
sebagaimana sebgaimana ia mengikuti orang-orang saleh di antara
pendahulunya ini.
- Keadilan
Diriwayatkan
dari “Wahab
bin Munabbih” Pada
suatu hari Iblis diperintahkan Allah SWT untuk menemui baginda rasul
Muhammad Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk menjawab segala
pertanyaan rasul terhadapnya. Rasul pun menanyakan mengenai siapakah
di antara umatnya yang menjadi musuh iblis. Iblis menjawab bahwasanya
terdapat 10 golongan di antara umat Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi
wa Sallam yang menjadi musuh iblis di dunia dan menjadi sesama
penghuni neraka kelak bersama iblis. Adapun 10 golongan tersebut
antara lain :
1. Nabi Muhammad saw
2. Pemimpin yang
adil
3. Orang kaya yang
tidak sombong
4. Pedagang yang
jujur
6. Orang mukmin yang
suka menasihati
7. Orang mukmin yang
murah hati (belas kasih)
8. Orang yang taubat
dan tetap pada taubatnya
9. Orang yang
menjauh dari segala yang haram
10. Orang yang
selalu berada dalam keadaan berwudhu’
Allah
SWT telah mengkhususkan orang-orang yang berlaku adil di dunia dengan
ketinggian kedudukanya di akhirat dan kedekatanya dengan Allah SWT
sebagaimana tersebtu dalam hadist
“Sesungguhnya,
orang-orang yang adil di didi Allah swt berada di atas mimbar-mimbar
yang terbuat dari cahaya yang terbuat dari tangan kanan Ar-Rahman
kedua tangannya adalah adalah kanan yaitu orang-orang yang berbuat
adil terhadap hokum, kelurga dan orang-orang yang di pimpinnya”
- Sikap Hati-hati
Saya
beranggapan bahwa pokok terpenting sikap hati-hati dalam pemimpin
adalah apa-apa yang di sampaikan dari bebrapa kabar, yakni mendengar
dari kedua belah pihak. Telah di riwayatkan oleh “Abu
Dawud” dan
“Imam
Nasa’i” bahwa
Rasulullah mengutus Ali bin Abu Talib.r.a ke Yaman untuk menjadi
seorang hakim. Lalu rasulullah memberi satu wasiat kepadanya,
“Bila
datang kepadamu dua orang yang bertikai, maka janganlah engkau
mengambil keputusan sebelum engkau mendengar alasan dari pihak lain
sebagaimana engkau mendengarnya dari pihak yang pertama. Karena hal
itu sesungguhnya lebih aman untukmu dalam mengambil suatu keputusan”
Setelah
itu Ali bin Abu Talib.r.a berkata “Aku tidak ragu-ragu lagi dalam
mengambil keputusan.
- ATURAN PEMIMPIN MENURUT ISLAM
- Beriman dan Beramal Shaleh
Ini
sudah pasti tentunya. Kita harus memilih pemimpin orang yang beriman,
bertaqwa, selalu menjalankan perintah Allah dan rasulnya. Karena ini
merupakan jalan kebenaran yang membawa kepada kehidupan yang damai,
tentram, dan bahagia dunia maupun akherat. Disamping itu juga harus
yang mengamalkan keimanannya itu yaitu dalam bentuk amal soleh.
- Niat yang Lurus
Hendaklah
saat menerima suatu tanggung jawab, dilandasi dengan niat sesuai
dengan apa yang telah Allah perintahkan.Karena suatu amalan itu
bergantung pada niatnya, itu semua telah ditulis dalam H.R
bukhari-muslim
Dari
Amīr al-Mu’minīn, Abū Hafsh ‘Umar bin al-Khaththāb r.a, dia
menjelaskan bahwa dia mendengar Rasulullah s.a.w bersabda:
“Sesungguhnya
setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya
setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang
hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan
Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena urusan dunia yang
ingin digapainya atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya,
maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut”
Karena
itu hendaklah menjadi seorang pemimpin hanya karena mencari keridhoan
ALLAH saja dan sesungguhnya kepemimpinan atau jabatan adalah tanggung
jawab dan beban, bukan kesempatan dan kemuliaan.
- Laki-Laki
Dalam
Al-qur'an surat An nisaa' (4) :34 telah diterangkan bahwa laki laki
adalah pemimpin dari kaum wanita.
“Kaum
laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah
telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain
(perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian
dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang soleh ialah yang ta’at
kepada Allah lagi memelihara diri (maksudnya tidak berlaku serong
ataupun curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya) ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara “(mereka;
maksudnya, Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli
isterinya dengan baik).
Ayat
ini menegaskan tentang kaum lelaki adalah pemimpin atas kaum wanita.
Menurut Imam Ibnu Katsir, lelaki itu adalah pemimpin wanita, hakim
atasnya, dan pendidiknya. Karena lelaki itu lebih utama dan lebih
baik, sehingga kenabian dikhususkan pada kaum lelaki, dan demikian
pula kepemimpinan tertinggi.
- Tidak Meminta Jabatan
Rasullullah
bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah Radhiyallahu’anhu,
”Wahai
Abdul Rahman bin samurah! Janganlah kamu meminta untuk menjadi
pemimpin.Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepada kamu karena
permintaan, maka kamu akan memikul tanggung jawab sendirian, dan jika
kepemimpinan itu diberikan kepada kamu bukan karena permintaan, maka
kamu akan dibantu untuk menanggungnya.”
- Berpegang pada Hukum Allah
Ini
salah satu kewajiban utama seorang pemimpin.Allah berfirman,
اللَّهُ
أَنْزَلَ بِمَا بَيْنَهُمْ احْكُمْ
وَأَنِ
”Dan
hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.”
(al-Maaidah:49).
- Memutuskan Perkara Dengan Adil
Rasulullah
bersabda,
”Tidaklah
seorang pemimpin mempunyai perkara kecuali ia akan datang dengannya
pada hari kiamat dengan kondisi terikat, entah ia akan diselamatkan
oleh keadilan, atau akan dijerusmuskan oleh kezhalimannya.”
(Riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah dalam kitab Al-Kabir)”.
- Menasehati rakyat
Rasulullah
bersabda,
”Tidaklah
seorang pemimpin yang memegang urusan kaum Muslimin lalu ia tidak
bersungguh-sungguh dan tidak menasehati mereka, kecuali pemimpin itu
tidak akan masuk surga bersama mereka (rakyatnya)”
- Tidak Menerima Hadiah
Seorang
rakyat yang memberikan hadiah kepada seorang pemimpin pasti mempunyai
maksud tersembunyi, entah ingin mendekati atau mengambil hati.Oleh
karena itu, hendaklah seorang pemimpin menolak pemberian hadiah dari
rakyatnya.Rasulullah bersabda,
”Pemberian
hadiah kepada pemimpin adalah pengkhianatan”
(Riwayat Thabrani)
- Tegas
Ini
merupakan sikap seorang pemimpin yang selalu di idam-idamkan oleh
rakyatnya. Tegas bukan berarti otoriter, tapi tegas maksudnya adalah
yang benar katakan benar dan yang salah katakan salah serta
melaksanakan aturan hukum yang sesuai dengan Allah, SWT dan rasulnya.
- Lemah Lembut
Doa
Rasullullah,
‘Ya
Allah, barangsiapa mengurus satu perkara umatku lalu ia
mempersulitnya, maka persulitlah ia, dan barang siapa yang mengurus
satu perkara umatku lalu ia berlemah lembut kepada mereka, maka
berlemah lembutlah kepadanya
KARAKTERISTIK
PENGIKUT DALAM ISLAM
- Memilih pemimpin
Seorang
pengikut harus bisa memilih pemimpin yang baik yang dapat memimpin
mereka kearah yang lebih baik dan lebih maju kedepannya. Oleh karena
fiqih melangrang keras mengangkat seseorang yang meminta jabatan.
Rasulullhan bersabda :
“Kami
tidak mengangkat orang yang berambisi berkedudukan”
(HR. Muslim)
- Taat
Seorang
pengikut harus patuh kepada pemimpin. Setelah pemimpin dipilih lewat
jalan musyawarah maka wajib bagi pengikutnya (yang menang dan yang
kalah untuk taat kepadanya, kecuali sang pemimpin telah melanggar
ketentuan Allah dan membuat kerusakan).
- Dinamis dan kritis
Seorang
pengikut harus dinamis dan kritis dalam mengikuti kepemimpinan
seseorang. Islam tidak mengajarkan suatu ketundukan buta atau sekadar
ikut-ikutan. seseorang.
Ini kerana manusia tidak lari dari melakukan kesalahan. Hanya
Al-Quran dan As-Sunnah sahaja petunjuk yang benar dan harus diikuti.
KESIMPULAN
Islam
telah mengajarkan bagaimana sikap dan karakteristik seorang pemimpin
dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin, dan pemimipin diwajiban
untuk memiliki sikap dan karakteristik tersebut sehingga pemimpin
tersebut bisa menaungi rakyatnya sehingga nanti pemimpin tersebut
akan mendapat perlindungan langsung dari allah SWT di hari pembalasan
kelak nanti.
Islam
juga mengajarkan kepada seorang pengikut bagaimana cara memilih
pemimpin
yang baik yang dapat memimpin mereka kearah yang lebih baik, dan
pengikut juga harus patuh kepada pemimpin, serta dinamis dan kritis
dalam mengikuti kepemimpinan seseorang karena Islam tidak mengajarkan
suatu ketundukan buta atau sekadar ikut-ikutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar