Translate

Laman

Sabtu, 08 Desember 2012

Analisis Penyebab Anak Putus Sekolah


Pendidikan
(Analisis Penyebab Anak Putus Sekolah)

Pengertian Anak Putus Sekolah
Anak putus sekolah adalah keadaan dimana anak mengalami keterlantaran karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak tanpa memperhatikan hak – hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Undang – Undang nomor 4 tahun 1979, anak terlantar diartikan sebagai anak yang orang tuanya karena suatu sebab, tidak mampu memenuhi kebutuhan anak sehingga anak menjadi terlantar.
Menurut Undang – Undang nomor 23 tahun 2002 bahwa anak terlantar yakni anak yang kebutuhannya tidak terpenuhi secara wajar, baik kebutuhan fisik, mental, spiritual maupun sosial.
Menurut Departemen Pendidikan di Amerika Serikat (MC Millen Kaufman, dan Whitener, 1996) mendefinisikan bahwa anak putus sekolah adalah murid yang tidak dapat menyelesaikan program belajarnya sebelum waktunya selesai atau murid yang tidak tamat menyelesaikan program belajarnya.
Kalau kita melihat mengapa anak putus sekolah tentunya tidak akan terlepas dari beberapa hal yang mempengaruhi sehingga tidak dapat menyelesaikan sekolah, wajar saja terjadi karena anak dihadapkan oleh beberapa kendala, baik yang datang dari diri sendiri maupun yang datang dari luar diri anak yaitu lingkungan.
Hal-hal yang mempengaruhi anak itu antara lain adalah latar belakang pendidikan orang tua, lemahnya ekonomi keluarga, kurangnya minat anak untuk sekolah, kondisi lingkungan tempat tinggal anak, serta pandangan masyarakat terhadap pendidikan.
Setelah diwawancara seorang anak yang putus sekolah ada beberapa factor yang mempengaruhinya yang secara umum berkaitan satu sama lain. Berikut pesoalan anak yang putus sekolah setelah di wawancarai.
Nama              : Khairil
Umur               : 12 thn
Lokasi             : Kecamatan Parado, Desa Rato, Dusun Ringi.
Hasil Wawanbcara :
Anak  lebih memilih meluangkan waktu bekerja membantu orang tua dan bermain daripada sekolah, selain itu kurangnya pemahaman orang tua terhadap betapa pentingnya pendidikan untuk anak. Faktor ekonomi keluarga juga tidak mendukung untuk anak tersebut melanjutkan pendidikan walaupun hanya untuk menyelesaikan pendidikan tingkat SMP. Selain itu  faktor lingkungan dan cara pandangan masyarakat terhadap pendidikan yang cenderung lebih mementingkan hal-hal yang bersifat tradisional dan kurang menghargai pentingnya arti pendidikan juga factor yang mempengaruhi anak putus sekolah
Setalah anak di wawancara yang secara umum ada beberpa factor yang mempengaruhi anak putus sekolah .adapun fator-faktor tersebut adalah :
1.      Latar belakang pendidikan orang tua
Pendidikan orang tua yang hanya tamat sekolah dasar apalagi tidak tamat sekolah dasar, hal ini sangat berpengaruh terhadap cara berpikir orang tua untuk menyekolahkan anaknya, dan cara pandangan orang tua tentu tidak sejauh dan seluas orang tua yang berpendidikan lebih tinggi.
Latar belakang pendidikan orang tua yang rendah merupakan suatu hal yang mempengaruhi anak sehingga menyebabkan anak menjadi putus sekolah. Akan tetapi ada juga orang tua yang telah mengalami dan mengenyam pendidikan sampai ke tingkat lanjutan dan bahkan sampai perguruan tinggi tetapi anaknya masih saja putus sekolah, maka dalam hal ini kita perlu mengkaitkannya dengan minat anak itu sendiri untuk sekolah, dan mengenai minat ini akan dijelaskan pada uraian berikutnya
2.      Kurangnya minat anak untuk sekolah
Anak usia wajib belajar semestinya menggebu-gebu ingin menuntut ilmu pengetahuan namun karena sudah terpengaruh oleh lingkungan yang kurang baik terhadap perkembangan pendidikan anak, sehingga minat anak untuk bersekolah kurang mendapat perhatian sebagaimana mestinya, adapun yang menyebabkan anak kurang berminat untuk bersekolah adalah: anak kurang mendapat perhatian dari orang tua terutama tentang pendidikannya, juga karena kurangnya orang-orang terpelajar sehingga yang mempengaruhi anak kebanyakan adalah orang yang tidak sekolah sehingga minat anak untuk sekolah sangat kurang.
3.      Lemahnya ekonomi keluarga
Kurangnya pendapatan keluarga menyebabkan orang tua terpaksa bekerja keras mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari, sehingga pendidikan anak kurang terperhatikan dengan baik dan bahkan membantu orang tua dalam mencukupi keperluan pokok untuk makan sehari-hari misalnya anak membantu orang tua ke sawah, karena di anggap meringankan beban orang tua anak di ajak ikut orang tua ke tempat kerja yang jauh dan meninggalkan sekolah dalam waktu yang cukup lama.
4.      Kondisi lingkungan tempat tinggal anak
Lingkungan tempat tinggal anak adalah salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kegiatan dan proses belajar/pendidikan. Oleh sebab itu seyogyanya lingkungan tempat tinggal anak atau lingkungan masyarakat ini dapat berperan dan ikut serta di dalam membina kepribadian anak-anak kearah yang lebih positif.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat AL-Hujurat ayat 13 menjelaskan bahwa kita sebagai makhluk-Nya hidup tidak sendiri, harus saling kenal mengenal satu dengan yang lainnya (saling berhubungan).
5.      Pandangan masyrakat terhadap pendidkan
Pandangan masyarakat yang maju tentu berbeda dengan masyarakat yang keterbelakangan dan tradisional, masyarakat yang maju tentu pendidikan mereka maju pula, demikian pula anak-anak mereka akan menjadi bertambah maju pula pendidikannya dibanding dengan orang tua mereka. Maju mundurnya suatu masyarakat, bangsa dan negara juga ditentukan dengan maju mundurnya pendidikan yang dilaksanakan. Pada umumnya masyarakat yang terbelakang atau dengan kata lain masyarakat tradisional mereka kurang memahami arti pentingnya pendidikan, sehingga kebanyakan anak-nakan mereka tidak sekolah dan kalau sekolah kebanyakan putus di tengah jalan.
Adapun dampak yang akan di dapat dari anak yang putud sekolah :
1. Wawasan/ilmu pengesahuan yang dimiliki oleh anak sangat minim
2. Masadepan anak tidak jelas
3. Ini juga bisa menyebabkan banyaknya pengangguran di masa mendatang
4. Di masa mendatang anak ini cendrung berpikiran lebih mentingkan adat/budaya daripada pendidikan, seperti halnya orang tuanya.

Solusi:
 APBN untuk pendidikan lebih di tingkatkan, sehingga boleh jadi pendidikan di Indonesia gratis paling tidak sampai tingkat SMA
2. Sosialisai tentang pentingnya pendidikan terhadap masyarakat yang  cenderung lebih mementingkan Adat/Budaya daripada pendidikan.
3. Pemerintah mendirikan sekoalah/lembanga khusus bagi anak yang putus sekolah & anak yang tidak mampu sehingga anak yang putus sekoalah dapat di atasi. Seperti Madrasah Diniyah.
4. Sarana dan prasarana lebih memadai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arifatul annas. Tema Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.