BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan
dilukiskan sebagai suatu proses yang dinamis, oleh karena itu jika terjadi
ketidak dinamisan perkembangan maka terjadi gangguan perkembangan. Gangguan
perkembangan ini sering disebut sebagai kecacatan atau handicap. Kecacatan
dapat berupa cacat fisik, cacat motorik, cacat sosial, cacat mental dan
sebagainya.
Perkembangan
abnormal tidak hanya mencakup gangguan perkembangan saja. Perkembangan abnormal
juga berkaitan dengan perkembangan yang lebih cepat atau lebih bagus daripada
rata-rata. Misalnya anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata, atau
disebut anak berbakat.
Abnormalitas
dilihat dari sudut pandang biologis berawal dari pendapat bahwa patologi otak
merupakan faktor penyebab tingkah laku abnormal, khususnya pada bidang anatomi
faal, neurologi, kimia dan kedokteran umum.
Berbagai penyakit neurologis saat ini
telah dipahami sebagai terganggunya fungsi otak akibat pengaruh fisik atau
kimiawi dan seringkali melibatkan segi psikologis atau tingkah laku. Akan
tetapi kita harus perhatikan bahwa kerusakan neurologis tidak selalu
memunculkan tingkah laku abnormal, dengan kata lain tidak selalu jelas
bagaimana kerusakan ini dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang.
2.3 Tujuan
- Memberikan pengetahuan tentang abnormalitas perkembangan
- Menunjukkan tentang berbagai macam aspek abnormalitas perkembangan
- Menjelaskan tentang karakteristik abnormalitas perkembangan
- Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi abnormalitas perkembangan
- Menjelaskan tentang bagaimana cara mengatasi abnormalitas perkembangan
2.4 Rumusan Masalah
- Jelaskan pengertian abnormalitas perkembangan?
- Sebutkan dan jelaskan aspek abnormalitas perkembangan?
- Sebutkan dan jelaskan karakteristik abnormalitas perkembangan?
- Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi abnormalitas perkembangan?
- Bagaimana cara mengatasi abnormalitas perkembangan ?
PEMBAHASAN
2.3 Pengertian abnormalitas perkembangan
Anak
abnormal adalah anak yang memiliki kelainan atau penyimpangan dari rata-rata
anak normal, baik dari segi fisik, sosial maupun mental. Sehingga dalam
perkembangan potensinya memerlukan layanan pendidikan yang khusus yang berbeda
dengan yang lainnya.
2.2 Aspek-aspek perkembangan abnormalitas
2.2.1 Aspek fisik
Aspek fisik yaitu ketidak mampuan
seorang anak yang berhubungan dengan fisik seperti anak tunarungu, tunadaksa,
tunagrahita, tunanetra dan tunawicara.
2.2.2 Aspek sosial
Aspek sosial adalah dalam hal ini
memiliki kesulitan dalam bersosialisasi atau menyesuaikan perilakunya dengan
lingkungan sekitar. Anak dalam kelompok ini dikategorikan sebagai tunalaras.
2.2.3 Aspek mental
Aspek mental adalah anak yang mempunyai kemampuan mental lebih
(supernormal) atau anak yang berbakat dan anak yang mempunyai kemampuan mental
sangat rendah (subnormal) yang disebut tunagrahita.
2.3 Karakteristik perkembangan abnormalitas
2.3.1
Anak Tunagrahita
2.3.1.1 Pengertian :
o
Anak
yang mempunyai tingkat kemampuan intelektual di bawah rerata, dan mengalami
hambatan terhadap perilaku adaptif selama masa perkembangan hidupnya dari 0-18
tahun, sesuai dengan batasan AAMD (American
Association on Mental Disorder)
o
Anak
yang mempunyai IQ 70, dan mempunyai hambatan pada komponen yang tidak bersifat
intelekyual, yakni perilaku adaptif (adaptive behavior)
2.3.2.1 Karakteristik anak-anak yang mengalami
hendaya :
a. Mempunyai dasar secara fisiologis, sosial
dan emosional sama seperti anak-anak yang tidak menyandang tunagrahita
b. Selalu bersifat eksternal locus of control sehingga mudah sekali melakukan
kesalahan (expectancy for filure)
c. Suka meniru perilaku yang benar dari orang
lain dalam upaya mengatasi kesalahan-kesalahan yang mungkin ia lakukan (outerdirectedness)
d. Mempunyai perilaku yang tidak dapat
mengatur diri sendiri
e. Mempunyai permasalahan berkaitan dengan
perilaku sosial (social behavioral)
f. Mempunyai masalah berkalitan dengan
karakteristik belajar
g. Mempunyai masalah dalam bahasa dan
pengucapan
h. Mempunyai masalah dengan kesehatan fisik
i.
Kurang
mampu untuk berkomunikasi
j.
Mempunyai
kelainan pada sensori dan gerak
k. Mempunyai masalah berkaitan dengan
psikiatrik, adanya gejala-gejala depresif menurut hasil penelitian dari Meins
tahun 1995
2.3.2
Anak Hiperaktif
2.3.2.1 Pengertian :
o
Hiperaktif
bukan merupakan penyakit tetapi suatu gejala atau symptoms. Symptoms terjadi
disebabkan oleh faktor-faktor brai
damage, an emotional disturbance, a hearing deficit or mental retardation. Hal
ini dimungkinkan bahwa seorang anak mempunyai kelainan in-atensi disolder dengan hiperaktif (attention deficit disorder with hyperactivity) atau atensi disorder
tanpa hiperaktif ( attention deficit
disorder)
2.3.2.2 Karakteristik (ciri) anak ataupun peserta
didik yang mengalami hiperaktif :
a. Selalu berjalan-jalan memutari ruangan
kelas dan tidak mau diam
b. Sering mengganggu teman-teman kelasnya
c. Suka berpindah-pindah dari satu kegiatan
ke kegiatan lainnya dan sangat jarang untuk tinggal diam untuk menyelesaikan
tugas sekolah, paling lama biasa tinggal diam di tempat duduknya sekitar 5-10
menit
d. Mempunyai kesulitan untuk berkonsentrasi
dalam tugas-tugas sekolah
e. Sangat mudah untuk berperilaku mengacau
dan mengganggu
f. Kurang memberi perhatian untuk
mendengarkan orang lain berbicara
g. Selalu mengalami kegagalan dalam
melaksanakan tugas-tugas di sekolah
h. Sulit mengikuti suruhan atau perintah
lebih dari satu pada saat yang bersamaan
i.
Mempunyai
masalah belajar hampir di seluruh bidang studi
j.
Tidak
mampu menulis surat, mengeja huruf dan kesulitan dalam surat menyurat
k. Sering gagal di sekolah disebabkan oleh
adanya in-atensi dan masalah belajar karena adanya persepsi visual dan auditory
yang lemah
l.
Karena
sering menggunakan kata hati ( impulsiveness),
mereka sering mendapat kecelakaan dan luka
2.3.2.3 Kasus yang berkaitan dengan hiperaktif :
1. anak tunagrahita dapat juga mengalami
kelainan atau hendaya penyerta hiperaktif, seperti adanya in-atensi, perilaku
impulsif, frustasi, dan rendahnya kemampuan dalam bidang kognitif. Pendekatan
secara medis dalam kasus semacam ini, pengobatannya kurang efektif
2. sifat in-atensi dan hiperaktif terdapat
juga pada anak yang mempunyai seizure disorder, terhadapnya terdapat problem
perilaku disebabkan oleh adanya reaksi terhadap toxic levels of Phenobarbital
atau anticonvulsant lainnya
3. anak dengan hendaya pendengaran dapat juga
mempunyai sifat hiperakti atau problem perilaku lainnya. Problem ini disebabkan
oleh kerusakan pada sebagian sel-sel saraf pada otak, atau adanya kesalahan
mendiagnosis
4. pada anak dengan kesulitan psikiatrik
dapat dimungkinkan mempunyai hiperaktif disebabkan oleh adanya perasaan tidak
aman pada dirinya atau salah mengenai tanggapan dirinya kurang rsponsivitas
terhadap orang lain.
2.3.3
Anak Tunalaras
2.3.3.1 Pengertian :
o
Definisi
Eli M. Bower (1981) meenyatakan bahwa anak dengan hambatan emosional atau
kelainan perilaku, apabila ia menunjukkan adanya satu atau lebih dari lima
komponen berikut :
a. Tidak mampu belajar bukan disebabkan
karena faktor intelektual, sensori atau kesehatan
b. Tidak mampu melakukan hubungan baik dengan
teman-teman dan guru-guru
c. Bertingkah laku atau berperasaan tidak
pada tempatnya
d. Secara umum, mereka selalu dalam keadaan
pervasive dan tidak menggembirakan atau depresi
e. Bertendensi ke arah symptomps fisik
seperti : merasa sakit atau ketakutan berkaitan dengan orang atau permasalahan
di sekolah
○ Anak-anak yang berperilaku menyimpang
(tunalaras) yaitu anak-anak yang memiliki gangguan emosional (emotionally disturb), perilaku sosial
emosional yang maladaptive ( maladaptive
social emotional behavior), kelinan perilaku ( behaviorally disorder), hambatan dalam pendidikan (educationally nandicapped) dan kelainan
psikologis (pshycological disorder)
2.3.3.2 Karakteristik anak yang mengalami
tunalaras :
a. Adanya kelainan emosi atau perilaku
b. Permasalahan-permasalahan yang muncul
berkaitan dengan ketidakmampuan melakuakan hubungan antar pribadi
c. Ketidakmampuan belajar dan pencapaian
keterampilan-keterampilan di sekolah
d. Perilaku yang berbeda dengan perilaku pada
umumnya atau tidak sesuai dengan harapan-harapan yang diinginkan sesuai dengan
kecocokan umur
e. Permasalahan yang disandangnya dalam kurun
waktu yang panjang
f. Permasalahan berkaitan dengan hendaya
perilakunya dikategorikan dalam tingkat berat
g. Membutuhkan bantuan pendidikan khusus
2.3.3.3 Kasus yang berkaitan dengan hendaya
perilaku menyimpang (tunalaras) karena beberapa faktor, antara lain :
a. Biologis atau organik
b. Kelainan psikologis dan psikodinamis
c. Konflik-konflik di lingkungan masyarakat
d. Perilaku sosioadaptif yang tidak
berkemampuan menyesuaikan diri (maladjusment)
2.3.3.4 Menurut Kauffman, J.M faktor-faktor yang
paling dominan penyebab adanya hendaya perilaku (behavior disorder) yaitu :
a. Faktor keluarga
b. Faktor biologis
c. Faktor sekolah
2.3.4
Anak Tunarungu Wicara
2.3.4.1 Peserta didik yang mengalami hendaya
pendengaran dan bicara memiliki perbedaan khusus dengan anak-anak berkebutuhan
khusus lainnya. Karena mereka tidak pernah menggunakan indera telinga dan mulut
(deaf and hearing impairment). Anak-anak seperti ini dikategorikan sebagai
tunarungu wicara
2.3.4.2 Karakteristik peserta didik yang mengalami
tunarungu wicara :
a. Tidak mampu mendengar
b. Terlambat perkembangan bahasa
c. Sering menggunakan isyarat dalam
berkomunikasi
d. Kurang / tidak tanggao bila diajak bicara
e. Ucapan kata tidak jelas
f. Kualitas suara aneh / monoton
g. Sering memiringkan kepala dalam usaha
mendengar
h. Banyak perhatian terhadap getaran
i.
Keluar
nanah dari kedua telinga
j.
Terdapat
kelainan organis telinga
2.3.5
Anak Tunanetra
2.3.5.1 Pengertian :
o
Anak
yang mengalami hambatan penglihatan yang perkembangannya berbeda dengan
anak-anak berkebutuhan khusus lainnya, tidak hanya dari sisi penglihatan tetapi
juga dari hal lain
o
Istilah-istilah
umum yang dipakai dalam dunia pendidikan saat ini terhadap anak yang mengalami
hendaya penglihatan yaitu child who is
totally blind, visually impairment, dan child
who is low vision atau partially
sight
2.3.5.2 Karakteristik anak tunanetra :
a. Tidak mampu melihat
b. Tidak mampu mengenali orang lain
c. Kerusakan nyata pada kedua bola mata
d. Sering meraba-raba/ tersandung waktu
berjalan
e. Mengalami kesulitan mengambil benda kecil
di dekatnya
f. Bagian bola mata yang hitam berwarna
keruh/bersisik/ kering
g. Peradangan hebat pada kedua bola mata
h. Mata bergoyang terus
2.3.6
Anak Autistik
2.3.6.1 Autism syndrome : kelainan yang disebabkan
adanya hambatan pada ketidak mampuan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan
pada otak
2.3.6.2 Gejala-gejala penderita autism :
a. Senang tidur bermalas-malasan atau duduk
menyendiri dengan tampang acuh, muka pucat, dan mata sayu dan selalu memandang
ke bawah
b. Selalu diam sepanjang waktu
c. Jika ada pertanyaan terhadapnya,
jawabannya sangat pelan dengan nada monoton, kemudian dengan suara yang aneh ia
akan mengucapkan atau menceritakan dirinya dengan beberapa kata, kemudian diam
menyendiri lagi
d. Tidak pernah bertanya, tidak menunjukkan
rasa takut, tidak punya keinginan yang bermacam-macam serta tidak menyenangi
ekelilingnya
e. Tidak tampak ceria
f. Tidak peduli terhadap lingkungannya,
kecuali pada benda yang disukainya misalnya boneka
2.3.7
Anak Tunadaksa
2.3.7.1 Pengertian tunadaksa yakni anak yang
memiliki kelainan anggota tubuh
2.3.7.2 Karakteristik anak tunadaksa :
a. Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh
b. Kesulitan dal gerakan ( tidak sempurna,
tidak lentur/tidak terkendali )
c. Terdapat bagian anggota gerak yang tidak
lengkap/tidak sempurna/ lebih kecil dari biasa
d. Terdapat cacat pada alat gerak
e. Jari tangan kaku dan tidak dapat
menggenggam
f. Kesulitan pada saat berdiri/berjalan,
duduk dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal
g. Hiperaktif/ tidak dapat tenang
2.3.8
Anak Berbakat
2.3.8.1 Pengertian dari anak berbakat adalah anak
yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
2.3.8.2 Karakteristik anak berbakat adalah sebagai
berikut :
a. Ciri fisik : sehat dan perkembangan
psikomotoriknya lebih cepat dari rata-rata terutama dalam hal koordinasi
b. Ciri mental intelektual : usia mental
lebih tinggi dari rata-rata anak normal. Daya tangkap dan pemahaman lebih
cepat. Daya ingin tahunya sangat besar, kreatif, serta punya gaya belajar
sendiri
c. Ciri mental emosional : mempunyai
kepercayaan diri yang kuat, persisten keinginannya terpenuhi atau gigih
d. Ciri emosional : suka bergaul dengan anak
yang lebih tua, ska bermain dengan permainan masalah, suka bekerja sendiri
2.4
Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan abnormalitas
Informasi
tentang penyebab atau faktor anak mengalami kelainan dalam dirinya sangatlah
beragam jenisnya. Namun secara dari masa terjadinya dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
1. Sebelum kelahiran (prenatal)
2. Saat kelahiran (neonatal)
3. Setelah kelahiran (posnatal)
3.1
Sebelum
kelahiran (prenatal)
Pada masa sebelum lahir (prenatal) yaitu masa dimana masih berada dalam
kandungan dan diketahui telah terjadi kelainan. Berdasarkan periodesasinya
dapat terjadi pada periode embrio, janin muda dan periode janin akhir. Kelainan
anak ini dapat terjadi pada ketiga periode tersebut. Dan dalam periode tersebut
kondisi anak sangat rentan terhadap bahan kimia, trauma akibat goncangan
ataupun gesekan. Obat-obatan juga dapat berakibat buruk dalam perkembangan
janin seperti obat penderita kanker, obat penahan mual, obat pencegah keguguran
dan lain-lain. Faktor lain yang dapat merusak perkembangan anak adalah penyakit
kronis, diabetes, anemia, kanker, kurang gizi dan lain-lain.
2.4.2 Saat kelahiran (neonatal)
Pada saat anak lahir, kelainan yang
terjadi saat anak lahir misalnya anak lahir sebelum waktunya (prematurity),
lahir dengan bantuan alat, posisi tidak normal, dan kesehatan bayi yang kurang.
3.2
Setelah
kelahiran (posnatal)
Pada masa anak setelah lahir, yaitu
kelainan yang terjadi setelah anak dilahirkan. Ada beberapa penyebab anak
mengalami kelainan :
a. Infeksi luka
b. Bahan kimia
c. Malnutrisi, dll.
2.5 Cara mengatasi perkembangan abnormalitas
Mempelajari anak yang mempunyai disfungsi
perkembangan psikopedagogis akan berkaitan dengan cara serta kemampuan mereka
berinteraksi dengan lingkungannya. Teori belajar sosial dan teori perkembangan
kognitif adalah teori yang sangat tepat untuk anak yang mengalami gangguan pada
perkembangannya.
Penerapan
dari teori pembelajaran sosial hendaknya memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut :
1. memberikan tugas terhadap siswa yang
mengalami gangguan belajar dengan memperhatikan kemampuan fungsinya
2. menyimak pengalaman-pengalaman masa lalu
saat pendidik berhasl mengerjakan tugas di sekolah
3. melakuakan umpan balik terhadap perilaku
khusus anak didik
Kemudian
yang kedua adalah pembelajaran yang berpusat pada perkembangan kognitif anak.
Dalam pembelajaran ini anak dipusatkan pada permaksimalan gerak tubuh agar
dapat menyadari adanya lingkungan di sekitarnya. Dalam penerapan teori ini
haruslah memperhatikan tiga hal sebagai berikut :
1. social
reinforcement, misalnya
memberi hadiah, menyentuh tangan, memeluk dengan penuh perasaan.
2. tangible,
misalnya pemberian
makanan kesukaannya, uang atau beberapa pujian
3. negative
consequences, pemberian
hukuman apabila ada perilaku yang tidak diharapkan muncul
Selain
yang sudah tertera di atas, dalam menghadapi anak yang mengalami kelainan dalam
perkembangannya adalah dengan cara sebagai berikut :
1. memberikan kesempatan pada anak tersebut
untuk berpartisipasi dalam kegiatan lingkungannya
2. memberikan kesempatan padanya untuk
melakukan aktivitas yang bersifat rekreatif dan edukatif
3. membimbing anak tersebut agar mampu
menerima keadaan
4. membantu membimbing dalam kehidupannya
agar berjalan baik
5. menanamkan rasa percaya diri agar nanti
tidak mudah bergantung pada orang lain
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan
bersifat universal (menyeluruh) baik sehat atau cacat berhak untuk mendapat
pendidikan yang layak. Peserta didik yang mengalami abnormalitas perkembangan,
merupakan anak-anak Indonesia yang sebenarnya memiliki sedikit perilaku yang
menyimpang dari anak-anak normal, dan mereka pastilah mempunyai kelebihan dan
bakat masing-masing yang apabila dikembangkan dan diasah sedemikian rupa maka
mereka tak ubahnya sederajat dengan anak-anak normal yang membedakan hanyalah
dari segi fisik.
Abnormalitas
perkembangan tidak hanya mengacu pada perkembangan abnormal ke bawah tetapi
juga pada perkembangan abnormal ke atas.
3.2 Saran
1. Kita harus menghargai anak-anak yang
mengalami abnormalitas perkembangan
2. Kita tidak boleh mendiskriminasikan
anak-anak yang memiliki abnormalitas perkembangan misalnya memberikan
kesempatan kepada anak tersebut untuk berpartisipasi dalam kegiatan di
lingkungannya
3. Kita harus mampu menumbuhkan rasa percaya
diri terhadap anak-anak yang mengalami abnormalitas perkembangan, agar mereka
mampu menerima keterbatasannya
DAFTAR PUSTAKA
Delphie, Bandi. 2006. Pembelajaran
Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung. Reflika Aditama
Poerwanti, Endang. 2000. Perkembangan
Peserta Didik. Malang. UMM Press
Romlah. 2004. Psikologi Pendidikan Kajian Teoritis dan
Aplikatif. Malang. UMM Press
(http://rumah belajar
psikologis.com/index.php/remaja.html)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar